Singkong Keju
Pernah mendengar lagu yang liriknya
menyebutkan “anak singkong dan anak keju”? Dikatakan disitu bahwa singkong menggambarkan anak miskin
dan keju menggambarkan anak orang kaya. Tak jauh berbeda dengan makanan itu
sendiri bahwa singkong sering dianggap sebagai makanan menengah kebawah
sedangkan keju makanan menengah keatas. Padahal kalau dirasakan benar-benar
singkong pun tidak kalah enaknya dengan keju.
Singkong atau ubi kayu tak selamanya menjadi makanan kelas menengah kebawah, karena
faktanya saat ini anggapan tersebut telah dipatahkan. Kreativitas pecinta
kuliner di negeri ini berhasil menyatukan dua jenis makanan tersebut
menjadi sajian yang banyak diburu orang saat ini. Dan akhirnya nimatnya
singkong keju telah mengangkat nilai ekonomis dan nilai rasa itu sendiri.
Nikmatnya singkong keju banyak dicari masyarakat, baik dari
masyarakat menengah maupun masyarakat kelas atas. Rasanya yang unik dan bervariasi
membuat menu makanan ini disukai anak- anak, remaja sampai orang tua baik pria
maupun wanita. Harganya yang murah namun menampilkan menu singkong yang lebih
ekslusif, mampu menarik nimat penggemar kuliner.
Bukan hanya sebagai cemilan, singkong keju juga bisa dinikmati
sebagai makanan pokok. Karena singkong juga mengandung karbohidrat seperti
nasi, jadi singkong keju bisa dijadikan makanan alternatif jika Anda sedang
bosan mengonsumsi nasi.
GURIHNYA KUE RANGI KHAS BETAWI
Jum’at, 09 Desember 2016
Makanan setempat, jika diberdayakan dengan baik pun bisa mempunyai ruang di Industri. Jakarta yang berstatus sebagai Ibukota Republik Indonesia merupakan suatu kawasan administratif. Jakarta selain menjadi pusat pemerintahan, juga dikenal sebagai kota perdagangan dan kebudayaan.
Tak bisa dipungkiri, daya tarik wisata kuliner di Jakarta adalah makanan khas Betawi asli. Semakin berkembangnya zaman, banyak sekali makanan khas yang sudah sulit kita temui keberadaannya. Namun ada beberapa restoran yang dengan semangat melestarikan budaya Betawi kembali memasukan kue ini ke dalam menu mereka.
Pak Jali seorang penjual kue rangi yang sudah berjualan selama kurang lebih 20 tahun di kawasan Kota Tua, Jakarta itu menyebutkan walaupun sudah banyaknya makanan modern, tapi ia masih beruntung karena masih ada peminat Kue Rangi.
“Alhamdulillah walaupun terkadang sepi pembeli, tapi kalau hari libur dan banyak yang wisata ke Museum Fatahilah kue rangi saya laku terjual,” katanya.
Tepung kanji dan parutan kelapa adalah bahan dasar pembuatan kue ini. Rasanya gurih karena mengandung parutan kelapa dan juga manis karena di permukaan kue ditaburi gula merah. Aromanya jangan tanya, harum dan menggugah selera.
“sekarang kita tidak menggunakan kayu sebagai alat panggang kue rangi, biar lebih efisien saja,” ujar Jali.
Bagi ayah dari tiga orang anak ini, membenarkan bahwa sebenarnya keunikan kue ini berasal dari pemanggangan yang masih menggunakan cara tradisional dengan
Kue rangi
menggunakan kayu bakar, “jadi ada aroma bakaran dan gurih di dalam kue saat kita menikmatinya,” paparnya.
Dengan demikian, semoga kue tradisional khas Nusantara seperti Kue Rangi tetap menjadi yang utama dan akan selalu menjadi makanan pelopor cita rasa khas kuliner masakan Indonesia. Kita harus bangga dengan budaya sendiri dan berantusisas untuk melestarikan Kue Rangi agar lebih menarik dan diminati semua masyarakat.
KERAK TELOR KULINER KHAS ASLI BETAWI
Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah. Beraneka ragam budaya membuat Indonesia memiliki berbagai suku yang ada di dalamnya. Hal itu membuat Indonesia memiliki beraneka ragam makanan khas Nusantara yang kaya akan rempah asli Indonesia.
Salah satu kebudayaan yang dimiliki Indonesia adalah kuliner tradisional. Masing – masing kota memiliki kuliner tradisional yang berbeda. Perbedaan kuliner tradisional Indonesia itu juga masing masing mempunyai ciri khas.
Jakarta merupakan Ibukota Indonesia yang sama hal nya memiliki kuliner khas tradisional yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Tak bisa diungkiri, salah satu daya tarik wisata di Jakarta adalah makanan khas Betawi. Meski masyarakat Betawi sendiri sudah semakin tergusur ke pinggiran akibat pembangunan kota, namun salah satu hasil budaya mereka berupa makanan khas Betawi masih bisa ditemukan di Jakarta.
Kerak telor merupakan salah satu makanan khas daerah Betawi. Walaupun keberadaannya sudah semakin jarang, pedagang Kerak telor masih dapat kita jumpai diberbagai acara seperti acara tahunan ulang tahun Jakarta, pada saat diselenggarakannya Pekan Raya Jakarta (PRJ) di Kemayoran, dan di Monumen Nasional (Monas).
Menurut para ahli budaya Betawi, Indra Sutrisna, telah menemukan makanan telur kerak sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia karena terlalu sering mereka konsumsi Kerak telor.
Temuan terbaru Yahya Andi Saputra, seorang peneliti yang melakukan studi khusus kuliner Betawi, mengindikasikan kemunculan Kerak telor tak luput dari proses akulturasi atau pencampuran kebudayaan antar bangsa. Oleh karena itu, ia menyebutkan bahwa pada abad ke-5 Jakarta menjadi kawasan internasional, dimana berlangsung interaksi antar etnis dan bangsa di area pelabuhan Sunda Kelapa.
Dapat disimpulkan bahwa dari berbagai jenis makanan itulah, membuat proses kemunculan kerak telor sebagai salah satu kuliner Nusantara khas Betawi asli tergolong rumit. Karena adanya faktor yang saling mempengaruhi antara budaya kaum pendatang dengan budaya lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar